--> November 2014 | KEBUMEN BERIMAN

download,script,cms,portal,bisnis,gratis,

Sunday, November 30, 2014

no image

JEMBANGAN : SALAH SATU OBJEK WISATA ALAM DI KEBUMEN


1360216612576879310
Site JWA

Jembangan Wisata Alam (JWA) merupakan salah satu kawasan objek wisata yang ada di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Kawasan objek wisata ini terbilang masih baru, didirikan pada tahun 2011 oleh Bupati Kebumen yang baru terpilih yaitu H.Buyar Winarso, S.E. Kawasan objek wisata JWA menawarkan pemandangan telaga hijau dengan hutan hijau bersisian di sampingnya, di bagian ujung telaga ini dimanfaatkan sebagai bendungan air yaitu bendungan Pejengkolan, terusan pintu air bagian timur dari waduk Wadaslintang yang berada di Kabupaten Kebumen. Untuk menuju kawasan JWA ini di pintu masuk anda akan dikenai biaya tiket Rp 3000 dan biaya parkir Rp 2000/motor.

WISATA

Di dalam kawasan JWA ini terdapat tiga site utama yang dapat dinikmati oleh pengunjung yaitu Telaga hijau yang bersisian dengan hutan yang masih alami, Waduk Pejengkolan dan Jembatan Gantung.
Untuk berkeliling menikmati telaga Jembangan yang bersisisan dengan hutan hijau dapat menggunakan wahana perahu air. Sementara untuk menuju jembatan waduk Pejengkolan dan Jembatan gantung anda sama sekali tidak dikenakan biaya. Namun letak kedua objek ini agak jauh dari kawasan utama telaga. Jembatan Waduk Pejengkolan terletak di sisi kanan pintu masuk sementara Jembatan Gantung terletak di sebelah kiri pintu masuk. Sebenarnya anda dapat menikmati kedua objek ini tanpa repot-repot menuju lokasinya langsung dengan menggunakan perahu mesin, namun tentu akan dikenai biaya tambahan jika anda meminta mengunjungi kedua jembatan ini karena lokasinya yang memang cukup jauh dari dermaga tempat perahu mesin bersandar. Namun kedua jembatan ini tidak kalah menariknya, Jembatan Pejengkolan merupakan jembatan permanen dari beton dan sudah beraspal dengan panjang kurang lebih 500 meter, sementara Jembatan Gantung merupakan jembatan semi permanen dengan bangunan beton besi di kedua ujungnya dan jembatannya itu sendiri terbuat dari papan kayu yang digantung.

FASILITAS 

Selain menawarkan pemandangan telaga hijau yang luas, di kawasan JWA ini juga menawarkan berbagai wahana untuk belajar atau permainan anak-anak seperti Jembangan Fantasy Zoo, Wahana permainan anak dan Perahu air.
Jembangan Fantasy Zoo merupakan wahana belajar satwa bagi anak. Di wahana ini tersedia berbagai satwa yang sengaja didatangkan dari Kabupaten seperti aneka burung, gajah, kera dan lain sebagainya. Kebanyakan yang mengunjungi wahana ini merupakan siswa-siswi pelajar tingkat sekolah dasar yang datang berombongan didampingi oleh guru-guru mereka. Tiket masuk menuju wahana ini Rp 5000/orang.
Wahana permainan anak yang tersedia layaknya wahana permainan untuk anak-anak pada umumnya seperti perosotan,ayunan, wahana putaran untuk anak dan lain sebagainya. Tiket masuk wahana ini berkisar Rp 3000-5000/orang.
Perahu air ini dinikmati pengunjung untuk berkeliling menyusuri luasnya telaga Jembangan. Jenis perahu air ini terdiri dari dua macam yaitu  perahu air unitkecil menggunakan tenaga manusia yaitu dengan gowes layaknya sepeda, dan perahu air unit besar berbentuk naga yang menggunakan tenaga mesin untuk mengoperasikannya. Perahu unit kecil disewakan dengan harga per unit Rp 15.000 untuk kapasitas dua orang/30 menit. Sementara Perahu unit besar disewakan dengan harga Rp 15.000/orang. Perahu unit besar ini enak dinikamti jika anda datang secara berombongan.

 AKSES

Kawasan JWA tereletak di desa Jembangan, Kecamatan Poncowarno, Kabupaten Kebumen. Kecamatan Poncowarno ini merupakan Kecamatan yang terletak pada dataran tinggi. Prasara menuju lokasi kawasan wisata ini sudah sangat mendukung, yaitu jalan mulus beraspal hitam mengkilap, jalan berkelok-kelok mengikuti topografi yang ada. Namun prasarana yang ada tidak didukung dengan sarana transportasi yang baik. Tidak ada sarana transportasi umum untuk menuju lokasi kawasan JWA ini. Kawasan JWA hanya bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi berjarak kurang lebih 20 Km dari Kebumen Kota. Dengan kata lain lokasi ini aksesibilitasnya masih rendah. Hal ini wajar, jika pengunjung kawasan JWA ini masih terbilang jarang. Padahal publikasi dari dinas pariwisatanya sendiri sudah dilakukan secara gencar.

Geografi 

Dalam studi Geografi Pariwisata, selain objek yang menarik (Site Attraction), pelayanan dan fasilitas yang tersedia, yang dapat mendukung majunya industri pariwisata adalah kemudahan aksesibilitas dan didukung oleh promosi. Aksesibilitas ini berhubungan dengan letak geografis dan kemudahan jangkauan transportasi umum menuju lokasi wisata. Oleh karena itu pemerintah dan dinas terkait (Dinas Pariwisata) harus menyediakan sarana transportasi publik menuju kawasan JWA ini agar bisa diakses oleh orang-orang yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Apalagi Kawasan JWA merupakan ikon terbaru dari Kabupaten Kebumen. Harapan kedepannya dengan dibukanya kawasan JWA sebagai objek wisata baru, dapat mengenalkan potensi Kabupaten Kebumen kepada khalayak umum sehingga meningkatkan pendapatan daerah dari sektor wisata.

Friday, November 28, 2014

no image

Rumah Fosil Dua Dunia Kebumen



Fosil biota laut Karangsambung, KebumenFosil Kerang warna emasFosil buah KelapaFosil Lintah LautFosil siput lautFosil Tulang

Batuan fosil

Batuan fosil adalah batuan yang terbentuk dari proses pengerasan bagian dari jasad mahluk hidup baik darat maupun lautan selama ribuan bahkan jutaan tahun bersamaan dengan evolusi bumi. Mengerasnya jasad mahluk hidup menjadi batuan bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor salah satunya adalah efek dari bercampurnya endapan lumpur.
Batuan fosil memiliki kekerasan layaknya batuan beku, mayoritas batuan ini memiliki tingkat kekerasan di atas batuan sedimen/endapan. Semakin keras batuan fosil, menunjukkan bahwa kurun waktu pembentukannya semakin lama/tua.
Karangsambung Kebumen (termasuk Sadang dan Karanggayam) merupakan pusat subduksi (tumbukan)lempeng bumi/benua dan lempeng samudera yang mengakibatkan naiknya dasar laut dalam yang pada awalnya merupakan gunung api purba raksasa bawah laut, dan sungai (Luk Ula) bawah laut menjadi dataran. Peristiwa geologi yang terjadi pada masa pratersier ini tentunya menyebabkan terangkatnya gunung api, sungai dan ekosistem laut purba menjadi daratan kabupaten Kebumen (Karangsambung, Sadang, Karanggayam dan lain – lain).
Pasca masa kenaikan dasar laut dalam menjadi daratan ini terjadilah proses evolusi bumi di Kebumen yang selama jutaan tahun akhirnya mengakibatkan terbentuknya batuan fosil yang berasal dari ekosistem laut ( terumbu karang, ikan, ganggang dan lain – lain) serta fosil yang terbentuk dari ekosistem darat (berbagai macam tanaman keras, binatang dan lain – lain) setelah kebumen naik sebagai daratan. Melihat sejarah geologis dan fakta yang ada, sangatlah layak jika Kebumen disebut rumah fosil dua dunia.

Rumah Fosil Dua Dunia.
Berikut ini berbagai macam fosil biota laut yang telah berhasil ditemukan di Kebumen bukti bahwa Karangsambung Kebumen dahulu kala merupakan dasar laut dalam sebelum terangkat dan berevolusi sebagai daratan pada masa pratersier :
  1. Fosil Ganggang Laut, Periode ganggang laut digolongkan pada masa Arkeozoikum(Masa Kehidupan Purba) 4.600.000.000 – 2.500.000.000 tahun yang lalu. Masa ini dibagi menjadi ), merupakan masa pemunculan kehidupan paling primitif (purba) yang bermula di dalam samudera berupa mikroorganisme dari jenis bakteri dan ganggang.
  2. Fosil Cacing Terumbu, Periode cacing terumbu digolongkan pada masa Proterozoikum (Masa Kehidupan Awal) 2.500.000.000 – 540.000.000 tahun yang lalu. Masa Proterozoikum disebut juga masa Algonkian yakni masa perkembangan kehidupan dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (Eukaryotes dan Prokaryotes), seiring dengan perkembangan hidrosfer dan atmosfer. Menjelang akhir masa ini, organisme yang lebih kompleks adalah sejenis invertebrata (tidak bertulang belakang) bertubuh lunak seperti ubur – ubur, cacing dan koral.
  3. Fosil Lintah Laut (invertebrata), Periode lintah laut juga digolongkan pada masa Proterozoikum (Masa Kehidupan Awal) 2.500.000.000 – 540.000.000 tahun yang lalu.
  4. Fosil Siput Laut, Periode siput laut digolongkan pada masa Paleozoikum (Masa Kehidupan Tua 540.000.000 – 245.000.000) : zaman Kambrium (540.000.000 – 510.000.000 tahun yang lalu). Pada zaman ini banyak bermunculan kelompok hewan invertebrata yang mempunyai kerangka luar dan bercangkang sebagai pelindung. Pada masa ini berkembang pesat biota laut jenis Alga, Cacing, Sepon, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Antropoda.
  5. Fosil Aneka Kerang Laut, Periode kerang laut sama dengan siput laut digolongkan pada masa Paleozoikum (Masa Kehidupan Tua 540.000.000 – 245.000.000) : zaman Kambrium (540.000.000 – 510.000.000 tahun yang lalu).

Fosil Biota darat
Keanekaragaman fosil biota darat yang ditemukan di Kebumen membuktikan bahwa telah terjadi evolusi bumi yang begitu menakjubkan dari dasar samudera menjadi daratan pegunungan dan hutan pada masa pratersier. Sebuah tempat yang sangat langka di belahan bumi manapun. Sangat pantas jika para geolog dunia menjuluki Karangsambung Kebumen sebagai lapangan geologi terlengkap di dunia.
  1. Fosil Aneka Tanaman Keras Purba, Tanaman keras masuk dalam digolongkan pada masa Paleozoikum (Masa Kehidupan Tua 540.000.000 – 245.000.000) : zaman Karbon (362.000.000 – 290.000.000 tahun yang lalu). Di zaman ini berkembang amfibi dan tumbuhan hutan. Benua menyatu membentuk satu daratan disebut Pangea. Berbagai macam tanaman keras seperti Kelapa, Sanakeling, Jati, Asem, Bambu, dan lain – lain masuk dalam masa ini
  2. Fosil Buah Kelapa, (keterangan seperti Fosil Aneka Tanaman Keras Purba di atas)
  3. Fosil Sanakeling, (keterangan seperti Fosil Aneka Tanaman Keras Purba di atas
  4. Fosil Pohon Paku, (keterangan seperti Fosil Aneka Tanaman Keras Purba di atas)
  5. Fosil Tulang Reptil Purba, Fosil Reptil Raksasa Purba yang ditemukan di Kedunggong Sadang dikategorikan dalam masa Mesozoikum (Masa Kehidupan Tengah: 245.000.000 – 65.000.000 tahun yang lalu). Masa ini adalah masa berkembangnya hewan reptilia, khususnya dinosaurus serta berkembangnya amonit dan tumbuhan berbiji purba. Fosil temuan ini belum bisa ditentukan apakah berasal dari biota laut ataukah biota darat dikarenakan adanya evolusi bumi di Karangsambung Kebumen dari dasar lautan dalam menjadi daratan pegunungan.
  6. Fosil Tulang Raksasa Biota Laut, Fosil temuan ini bisa dikategorikan sebagai fosil biota laut, dikarenakan adanya fosil kerang – kerangan yang menempel pada fosil tulang ini. Dimungkinkan fosil tulang ini dahulunya merupakan sisa binatang laut raksasa yang mati dan dilekati kerang – kerangan dan dijadikan sebagai tempat tinggalnya.
  7. Fosil Gigi Gajah Purba, Fosil ini ditemukan di desa Banjarwinangun kecamatan Petanahan ada kedalaman 5 meter. Hasil penelitian tim arkeologi Bandung yang diketuai oleh Dr. Erick Setiyabudi (Paleontologi Vertebrata) menyimpulkan bahwa fosil Gigi Gajah Banjarwinangun, Petanahan, Kebumen memiliki kesamaan dengan fosil gigi gajah yang ditemukan di daerah Kalimantan. Periode Gajah termasuk dalam masa Kenozoikum (Masa Kehidupan Baru) zaman Tersier; Kalaoligosen.

Thursday, November 27, 2014

no image

BATU AKIK BATU MULIA LUKULA

Daerah Lukula juga dikenal dengan sebutan Lukulo, Luk Ula dan Luk Ulo, adalah nama sungai di Kabupaten Kebumen yang berhulu di Karangsambung-Sadang menuju ke Selatan hingga bermuara di samudra Hindia. Lekuk/kelokan Alur sungai Lukula yang berkelok seperti halnya lekuk ular dalam bahasa jawa disebut Luk Ula (Jawa: Luk=lekuk,kelokan; Ula=Ular).



Kebumen adalah salah satu kabupaten yang masuk dalam wilayah propinsi Jawa Tengah di wilayah paling Selatan pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Dengan kata lain, tidak ada lagi daratan di Selatan Kebumen, hanya ada Samudra Hindia dan Kutub Selatan. Nama Kebumen yang memiliki arti Kebumian merupakan nama baru dari kabupaten Panjer yang berarti tonggak awal.
Ditinjau dari sisi Geologis, Kebumen merupakan daerah tertua dalam proses pembentukannya. Daerah ini merupakan daerah Subduksi yang awalnya merupakan dasar samudra yang kemudian muncul sebagai akibat terjadinya tumbukan dua lempeng bumi pada 117 juta tahun – 60 juta tahun yang lalu, yakni lempeng benua Eurasia dan lempeng samudra Hindia.

Salah satu bukti dari peristiwa alam tersebut adalah daerah Lukula dikenal dengan Luk Ula / Lukulo dan Luk Ulo (nama sungai di Kabupaten Kebumen yang dimulai dari kecamatan Karangsambung menuju ke Selatan hingga bermuara di samudra Hindia). Sungai Luk Ula pada awalnya merupakan sungai bawah laut, terbentuk pada masa pratersier tertua diperkirakan telah berumur sekitar 117 juta tahun. Nama Luk Ula sendiri didasarkan pada pola alur sungai yang berkelok – kelok seperti jejak ular yang berjalan, sehingga dinamakan Luk (Alur) Ula (Ular). Penelitian tentang Kebumen pertama kali dilakukan oleh Verbeek, seorang geolog Belanda pada tahun 1891. Ia melakukan penelitian di wilayah Karangsambung. Hasil penelitian ini baru dipetakan secara geologi oleh Harlof pada tahun 1933. Penelitian dilanjutkan oleh Sukendar Asikin, geolog Indonesia pertama yang mengulas geologi daerah Karangsambung berdasarkan teori Tektonik Lempeng. Bukti – bukti geologis berupa batuan – batuan kuno di Karangsambung sebagai hasil evolusi bumi antara lain batuan Rijang dan batuan Lempung Merah Gamping. Secara teori, kedua batuan tersebut hanya bisa di temui di dasar lautan dalam. Terdapat pula batuan Basalt Karangsambung yang merupakan batuan beku yang berasal dari letusan gunung berapi dasar laut. Karangsambung yang hingga kini terkenal sebagai daerah penambangan pasir dahulunya merupakan gunung api purba dasar laut sebelum masa pratersier. Ada juga batuan Sepentinite yang merupakan batuan malihan dari perut bumi di bawah lantai samudra. Selain batuan batuan tadi, tedapat juga batuan Sekismika, fosil hasil evolusi biota laut seperti ikan, bintang laut, kerang laut, kepiting, terumbu karang dan lain – lain. Fosil biota darat yang dimungkinkan ada setelah Karangsambung menjadi daratan pun banyak dijumpai antara lain fosil: bambu, berbagai tanaman keras seperti jati, kelapa, buah kelapa dan tanaman pohon – pohon purba lainnya yang usianya sangat tua dan bahkan memiliki tingkat kekerasan jauh di atas rata – rata kekerasan batuan umumnya. Para geolog dari berbagai negara pun banyak yang mengunjungi Karangsambung dimana lokasi tersebut telah dijadikan laboratorium geologi nasional LIPI dan telah diakui dunia sebagai lapangan geologi terlengkap di dunia. Lokasi situs geologi ini sangat luas, mencapai 3 kecamatan yakni kecamatan Karangsambung, Sadang, dan Karanggayam.
Batuan Karangsambung dan batuan sungai Luk ula memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh batuan lain di belahan bumi mana pun. Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui ciri khas dan karakteristik batuan Luk Ula dan Karangsambung akhirnya terpaksa tertipu dengan batu – batu yang berasal dari luar Kebumen atau bahkan dari Kebumen sendiri tetapi bukan dari alur Luk Ula dan Karangsambung yang diatasnamakan batuan Luk Ula dan Karangsambung.

Batu Mulia Sungai Luk Ula

Sesuai dengan julukannya, Batu Mulia adalah batu yang mempunyai derajat kemuliaan yang lebih dibandingkan dengan batuan lainnya. Derajat kemuliaan tersebut bisa dilihat dari kekerasan, keunikan corak, unsur pembentukan, kandungan mineralnya, kelangkaannya dan sebagainya. Batuan tersebut kemudian dibentuk menjadi batu akik  yang menjadi asesoris manusia ataupun Suseki (Kerajinan Batu Hias). Tujuannya tidak lain untuk menambah nilai kemuliaan manusia dari aspek keindahan.
Budaya memakai akik atau asesoris dari batu hingga hiasan batu seperti suseki telah menjadi bagian dari gaya hidup. Batuan – batuan luar negeri pun telah banyak masuk ke Indonesia bahkan kini menduduki kelas teratas. Ketidaktahuan masyarakat dalam negeri mengenai batu Luk Ula yang sebenarnya telah dikenal hingga mancanegara menambah kabur dan rendah nilai batuan Luk Ula yang sangat luarbiasa baik dari segi ketuaan usia, kekerasan, kelangkaan, kandungan mineral, kegilapan, kandungan minyak, kekhasan dan daya kandungan enegi yang tersimpan sebagai benda statis yang bisa digunakan untuk memancarkan daya potensi manusia (pemakainya) dengan sistem induksi materi makrokosmos dan mikrokosmos. Hal inilah yang sesungguhnya menjadi dasar kecocokan seseorang terhadap batuan tertentu yang didasarkan dengan profesi, karakter, dan hari kelahiran seseorang dengan unsur alam di hari kelahiran tersebut yang harus bersinergi dengan daya makrokosmos statis yang ada dalam batu.
Fenomena dan pemahaman masyarakat awam terhadap tingginya harga dan klas dari batu luar menjadikan kesenangan bagi para kolektor batu baik dalam negeri maupun luar negeri seperti China, Jepang Korea dan lain – lain yang dengan mudah dan murahnya membeli dan mengangkut bongkahan – bongkahan besar batuan Luk Ula ke tempat mereka, sementara masyarakat umum dikondisikan untuk berburu batu luar negeri atau luar pulau. Kecerobohan juga terjadi di beberapa daerah dimana para pecinta akik membeli batu – batu Luk Ula yang khas tersebut kemudian diatasnamakan batuan dari daerah mereka. Tentunya mereka tidak memperhitungkan sisi geologis bahwa batuan Luk Ula adalah jenis batuan dengan ciri khusus yang tidak dimiliki oleh daerah di belahan bumi manapun.
Batuan Luk Ula dan Daya Energinya
Batuan Luk Ula yang memiliki bermacam – macam jenis dan kekhasan tersendiri, memiliki daya manfaat sebagai hasil induksi energi statis makrokosmos yang dikandungnya terhadap energi dinamis mikrokosmos yang terdapat dalam diri manusia (si pemakai atau pemilik batu). Proses ini merupakan proses reaksi alam baik kimia, fisika, kelistrikan, kemagnetan dan lain – lain. Daya yang ditimbulkan dari pemakaian dan kepemilikan batu Luk Ula berbeda dengan batuan – batuan dari daerah lain yang lebih bersifat klenik dan erat dengan pencitraan bahwa batu atau akik identik dengan dunia perdukunan.

Mencari Bahan Dasar di Aliran Sungai Luk Ula Karangsambung

Mencari bahan dasar berupa batuan untuk dijadikan akik di sungai luk Ula sangat sulit. Hal ini disebabkan oleh kegiatan eksplorasi pasir secara besar – besaran yang telah berlangsung lebih dari 25 tahun ini dengan menggunakan mesin sedot, sehingga batuan – batuan mulia ikut tesedot dan terbawa oleh truk pasir ke tempat – tempat konsumen pasir, tidak hanya di dalam kabupaten Kebumen saja, tetapi sampai ke luar kabupaten, dikarenakan kualitas pasir Luk Ula yang dikenal unggul sejak dahulu. Selain aktivitas penambangan pasir, hal lain yang menyebabkan langkanya batuan Luk Ula adalah banyaknya kolektor dari luar kota bahkan macanegara seperti Jepang, Korea, Cina, dan lain – lain yang membeli dan mengangkut bongkahan – bongkahan batuan berkualitas Luk Ula Karangsambung yang tidak jarang menggunakan kendaraan berat. Batuan berupa bongkahan besar tersebut dijadikan hiasan taman bernilai tinggi. Keadaan ini sangat sulit dicegah sebab batuan – batuan ini tidak hanya tersebar di tanah milik LIPI saja, akan tetapi lebih banyak dan beragam di tanah milik warga. Kondisi ekonomi warga yang pas – pasan dan medan pegunungan menjadikan batuan – batuan ini sebagai sumber mata pencaharian warga. Harga murah untuk batu berkualitas tinggi ini tidak menjadi masalah bagi warga yang sehari – harinya mayoritas bergantung pada alam Luk Ula dan Karangsambung. Efek kelangkaan seperti yang terjadi sekarang ini pun tidak dihiraukan warga.
Warga pencari batu dikenal dengan sebutan petani batu. Mencari batu Luk Ula tidak bisa dilakukan setiap saat. Hanya saat debit air surut sajalah batu mulia Luk Ula dengan mudah dicari. Waktu surut ini terjadi pada pagi hari hingga jam 1 siang, pun jika tidak hujan dan banjir. Pencarian yang tidak melawan gerak angin akan lebih memudahkan kita untuk melihat batuan mulia Luk Ula.
no image

WISATA ALAM GEOLOGI DAN KEBUMIAN DI KARANGSAMBUNG KEBUMEN

Konservasi Kebumian

Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung merupakan kawasan Cagar Alam Geologi Nasional yang perlu dilindungi dan dilestarikan untuk kemajuan geologi Indonesia. Kawah Candradimuka bagi calon calon ahli geologi Indonesia juga Dunia. Di sinilah laboratorium alam geologi terlengkap di Indonesia terbentang. Batuan kerak samudera, kerak benua, laut dalam, gunung api bawah laut dan sebagainya.

Penelitian Kebumian

Fokus kami melakukan penelitian dan kajian ilmiah bidang geoteknologi di Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung khususnya dan di Jawa Tengah pada umumnya. Dengan sumber daya peneliti yang berkualitas, kami melakukan penelitian dan kajian antara lain pada bidang geologi lingkungan, tata ruang wilayah (GIS), geologi kebencanaan, sumber daya mineral dan juga sumber daya air.

WISATA BATU

Batumulialukula.com menyediakan jasa GUIDE wisata batu karang sambung dengan tujuan lokasi
  1. Sela Randa, Merupakan komplek Andesit tua aliran lahar gunung api bawah laut.
  2. Totogan, Kompleks batuan bancuh (kacau) yang terjadi akibat proses pencampuran tektonik di palung penunjaman lempeng samudera.
  3. Situs batuan metamorf serpentinit di Pucangan, Batuan berwarna kehijauan ini berasal dari perut bumi di bawah lantai samudra. Batu ini hasil pembekuan magma pada kerak samudra, berubah ketika bersentuhan dengan air laut dan berubah lagi ketika masuk zona tunjaman dan terangkat ke permukaan bumi.
  4. Situs batuan metamorf sekis mika di Kali Brengkok, Batuan dengan mineral mika yang berkilauan ketika tertimpa sinar matahari ini adalah batu tertua yang tersingkap di Pulau Jawa. Pengukuran dengan radioaktif menunjukkan batuan ini berumur 121 juta tahun, dari Zaman Kapur. Batuan alas Pulau Jawa ini memiliki nilai ilmiah tinggi karena membuktikan bahwa sejak zaman itu telah terjadi tumbukan lempeng samudra dengan lempeng benua di kawasan Karangsambung. Batuan ini berasal dari batuan pasir yang mengandung mineral asam dari lempeng benua yang masuk ke zona subduksi dan berubah menjadi sekis mika.
  5. Situs tumbukan lempeng samudra dan lempeng benua
PANTAI SUWUK

PANTAI SUWUK

Pantai Suwuk terletak di desa Suwuk, kecamatan Puring, kabupaten Kebumen. Untuk menuju ke lokasi pantai, banyak jalur alternatif yang dapat digunakan. Jika anda dari arah Gombong maka dibutuhkan waktu sekitar 45 menit, namun jika anda berasal dari arah kota Kebumen maka dibutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk menuju Petanahan dan setengah jam berikutnya menuju Pantai Suwuk. Bagi anda yang berasal dari arah timur yang kebetulan sedang melintasi jalan selatan-selatan atau jalan Daendels dari arah Yogyakarta dapat langsung lurus menuju ke Pantai Suwuk



Wisata di Pantai Suwuk ini pada dasarnya tidak berbeda dengan wisata-wisata pantai di Kebumen. Pemandangan pegunungan kapur yang elok memanjang dari utara sampai selatan, dan berbatasan langsung dengan pegunungan dan Pantai Karangbolong. Untuk lebih memanjakan mata anda, alangkah lebih baiknya anda menyewa seekor kuda untuk menyisir eloknya Pantai Suwuk ini. Usai lelah dan puas menikmati pantai, hal menarik lainnya adalah kita dapat menikmati suasana santai dengan beberapa sajian makanan khas yang ada di warung-warung sepanjang pantai. Anda dapat menikmati pecel dan lontong, es kelapa hijau, jangan lupa pula peyek ubur-uburnya dan berbagai jenis peyek lainnya.

Akses Pantai Suwuk
Pada dasarnya jalur untuk mencapai ke kawasan Pantai Suwuk sangatlah mudah untuk kita lalui. Kalau kita dari arh Jogyakarta,kita bisa ke arah barat
sampai di daerah Purworejo,ambil jalan yang lurus menuju ke arah Kebumen.jalurt ini jalur alternatif.Sepanjang jalan ini biasanya pada saat liburan

 Hari Raya Idul Fitri,banyak di lalui kendaraan yang menuju ke arah Jakarta dan Bandung serta kota-kota besar lainnya di daerah Jawa Barat.Setelah dari
arah Purworejo ke barat kita akan melalui daerah kec,Ambal kab,Kebumen.sampai kita melewati kec,Petanahan.Jalur ini memang gampang di ingat karena jalannya
lurus menuju ke arah Pantai Suwuk.Sampai daerah Petanahan,kita lurus ke barat lagi sampai ke wilayah daerah Desa,Banjareja Kec,Puring Kab,Kebumen. 

 Di wilayah
ini kita akan menemui pertigaan jalan. disini juga ada papan arah jalan.Kalau kita ambil yang ke arah kanan,kita akan sampai ke wilayah Gombong,dan kalau kita

ambil jalan yang ke kiri,kita menuju ke arah Pantai Suwuk.(jalur ini sering di sebut dengan jalur Pantai Selatan/JAPANSEL)