Hasil pilkada DKI sudah diketahui, setidaknya berdasarkan Quick Count
dari beberapa lembaga survey (walaupun belum resmi) sambil menunggu
perhitungan KPUD tgl 20 Juli, yaitu dengan lolosnya Jokowi-Ahok dan
Foke-Nara sebagai peringkat pertama dan kedua.
Bagi penulis hasil ini ada yang mengejutkan dan ada yang tidak.
Penulis sudah memprediksikan kalau pilkada DKI akan berjalan 2 putaran
dengan kandidat incumbent (Foke) akan menjadi salah satu yang lolos.
Juga kandidat nomor 3 (Jokowi) merupakan kandidat yang paling ditakuti
oleh incumbent menjadi lawan di grand final putaran kedua.
Tapi penulis juga tetap terkejut dengan hasil angka Jokowi yang
melampaui Foke. Kemungkinan Jokowi menjadi pilihan dari sebagian besar
undecided voter.
Bagaimana Selanjutnya di Putaran 2 ?
Dari wawancara di TV setelah keluar hasil Quick Count, Foke sangat
terkejut dan sepertinya tidak dapat menerima kekalahan yang cukup
memalukan ini. Survey sebelumnya menggadang-gadang kalau pilkada DKI
hanya berlangsung 1 putaran untuk kemenangan Foke.
Foke juga sebelumnya juga sangat percaya diri dengan merasa tidak perlu
banyak berkampanye (hanya cuti 2 hari), tidak mengikuti beberapa debat
kampanye (dengan berbagai alasan) dan banyak mewakilkan kepada Nara.
Dengan hasil ini pastinya akan ada perubahan strategi di kubu Foke.
Kemungkinan akan ada pergantian tim sukses dan research yang selama ini
memberikan strategi dan informasi yang tidak akurat. Kemungkinan besar
kubu Foke akan meniru strategi yang telah dilakukan oleh Jokowi, yaitu
masuk langsung menemui kalangan grass root, mendengarkan problem yang
ada di bawah dan berusaha memberikan solusinya. Jika hal ini dilakukan,
masih ada kemungkinan Foke untuk mendapatkan simpati dari warga Jakarta
dan mendapatkan tambahan suara walaupun tidak akan maksimal.
Kubu Foke juga kemungkinan akan berusaha berkoalisi dengan pihak yang
kalah untuk menambah amunisi suara, walaupun ini bukan hitung-hitungan
matematika.
Bagaimana dengan Jokowi? Kemungkinan mereka akan fokus mengejar suara
dari kandidat yang kalah (Alex, Faisal dan Hendardji) dengan langsung
mengakses ke pemilih. Mereka juga akan mengajak HNW/PKS untuk
menggabungkan suara, serta mengejar suara Golput ataupun yang tidak
datang ke TPS.
Untuk ketiga hal ini, memang mereka harus bekerja keras meyakinkan pemilih agar memilih mereka.
Dari pihak yang kalah, kubu PKS merupakan kubu yang menjadi prioritas
didekati oleh kedua pasangan yang lolos ke putaran kedua. Alasannya
adalah karena selama ini konstituen PKS dikenal sangat solid mengikuti
arahan pemimpinnya.
Pertanyaannya adalah, mengapa jumlah suara kandidat nomor 4 HNW hanya
mendapatkan suara 11-12% dibandingkan dengan suara PKS 18% dalam
pemilihan legislatif 2009? Apakah PKS sudah tidak solid lagi?
Kemungkinan jawaban yang masuk akan adalah suara PKS saat ini memang
sekitar 11%, yang artinya turun dibandingkan 2009.
Nah, tarik menarik kedua pasangan Jokowi dan Foke kepada PKS ini akan
cukup menentukan kemenangan kedua pasangan di putaran kedua.
Faisal Basri (5%) sudah menyatakan kalau dia tidak akan melimpahkan
suara ke pasangan manapun. Kemungkinan suara Faisal Basri akan terbelah
ke Jokowi dan Golput. Suara dari kedua pasangan lain (Hendardji dan
Alex) akan tergantung dari usaha Jokowi dan Foke untuk merangkul
langsung ke pemilih bukan ke kandidat, karena ikatan antara kedua
kandidat dengan pemilihnya tidak erat.
Prediksi penulis, kandidat nomor 3 ini akan memenangkan putaran kedua,
jika tidak terjadi kecurangan yang masif. Untuk itu diharapkan KPU dan
Panwaslu dapat tegas dan objektif dalam menyelenggarakan maupun
mengawasi jalannya pemilihan.(Kompasiana)
No comments:
Post a Comment